DeveNews.Com – Bumi merupakan habitat tempat tinggal bagi makhluk hidup yang ada di dunia, termasuk manusia. Dampak pemanasan global memberikan ancaman besar bagi kehidupan keluarga sehingga dibutuhkan skema manajemen sumber daya keluarga untuk menghindari dampak negatif dari perubahan iklim. Salah satu contoh dampak dari perubahan iklim adalah bencana banjir yang semakin sering terjadi terlebih pada daerah perkotaan seperti pada Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Dampak buruk yang ditimbulkan banjir dapat diperkecil bahkan dihindari dengan menerapkan teori manajemen sumber daya keluarga. Manajemen sumber daya keluarga adalah proses pemanfaatan sumber daya keluarga secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan keluarga.
Banjir adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat adanya penumpukan air yang jatuh dan tidak dapat ditampung atau diserap oleh tanah. Peristiwa alam seperti banjir bukanlah hal yang baru terjadi pada suatu wilayah perkotaan. Seperti di DKI Jakarta, banjir merupakan siklus tahunan. Banjir yang terjadi di DKI Jakarta dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat signifikan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada responden, responden mengaku bahwa lokasi rumah yang ditempati tidak selalu terkena siklus banjir tahunan, namun setidaknya sekali dalam periode waktu lima tahun, lokasi rumah merasakan bencana banjir. Penyebab banjir utamanya berasal dari curah hujan yang tinggi dan akan membuat jalanan sekitar perumahan menjadi sulit untuk dilalui karena terhambat banjir. “Alhamdulillah tidak setiap tahun terkena banjir, namun memang dalam rentang waktu lima tahun pasti ada saja musibah banjir,” ujar Ibu Tanti, salah satu ibu rumah tangga di kawasan Kelurahan Tanah Tinggi, Jakarta Pusat.
Ibu Tanti dan keluargapun memiliki cara ketika menghadapi situasi banjir. Tiap anggota dalam keluarga akan meningkatkan pengawasan terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan rumah ketika hujan deras dalam kurun waktu yang lama berlangsung. Hujan deras pembawa banjir biasanya akan terjadi selama tiga hari berturut-turut. Saluran pembuangan di lingkungan rumah pun diperhatikan. Bilamana air dalam saluran mulai menggenang, maka segera dilakukan pengangkatan barang di lantai satu ke tempat yang lebih tinggi atau lantai dua. Adanya kendaraan dalam rumah pun perlu dilakukan pengamanan. Setelah dirasa air yang menggenang dalam selokan akan naik lebih tinggi, kendaraan yang ada di rumah segera dipindahkan ke tempat yang lebih aman untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti rusak akibat genangan air yang masuk dalam mesin kendaraan.
Ketika banjir terjadi, keluarga akan tetap bertahan di rumah dengan naik ke lantai dua. Keluarga responden belum memiliki cara untuk menghentikan air yang masuk dalam rumah sehingga responden harus menunggu hingga air surut. Setelah itu barulah dilakukan pembersihan rumah dari sisa-sisa banjir yang biasanya ikut membawa kotoran dalam rumah.
Banjir berpotensi meningkatkan penyebaran penyakit menular melalui water-borne diseases seperti demam tifoid, kolera, leptospirosis dan hepatitis, dan vector-borne diseases seperti malaria, demam dengue, dan demam berdarah dengue. Kasus penyakit tersebut sering meningkat secara signifikan, bahkan beberapa diantaranya menjadi kejadian luar biasa (KLB) yang tidak jarang disertai kematian. Selain itu, banjir juga membawa kerugian secara ekonomi. Hal ini disampaikan oleh responden bahwa banyak barang rumah tangga yang rusak akibat banjir sehingga harus diganti atau diperbaiki. Kemudian adanya pengeluaran tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan harga barang pokok yang jadi melonjak naik menjadi dampak ekonomi yang amat dirasakan.
Keluarga Ibu Tanti melakukan manajemen pencegahan banjir dengan cara meninggikan rumah dan menjaga kebersihan di saluran pembuangan air agar tidak tersumbat oleh sampah yang hanyut dan menumpuk serta melakukan pembagian tugas antar keluarga. Selain di DKI Jakarta, banjir juga menyerang berbagai kota lain di Indonesia. Salah satunya Kabupaten Sambas yang hampir setiap tahunnya dihadapi dengan masalah banjir dan genangan. Banjir pun akan bertambah buruk jika turunnya hujan bersamaan dengan pasang air laut, yang mengakibatkan luapan dan genangan air semakin luas dan dalam. Saat Sungai Selakau pasang, ketinggian muka air akan meningkat, otomatis aliran air di bagian muara Sungai Selakau akan lebih lambat dibandingkan bila saat laut surut.
Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga harus memiliki pemahaman mitigasi dalam menghadapi bencana banjir yang baik. Beberapa poin yang harus dilakukan oleh keluarga sebagai upaya bersiaga menghadapi banjir adalah beri pemahaman pada anggota keluarga tentang kondisi yang mungkin terjadi karena bencana banjir, misalnya rumah roboh, peralatan hanyut, barang-barang tersapu banjir, kenalkan upaya penyelamatan diri, misalnya naik ke tempat yang lebih tinggi, cara menggunakan pelampung atau alat lain, prioritaskan barang-barang yang harus diselamatkan, misalnya ijazah atau dokumen-dokumen penting lain, kembangkan kesiapan menghadapi banjir, pahami sistem informasi dini, ajari anggota keluarga, langkah-langkah penyelamatan diri, hubungi agen asuransi, tanyakan tentang program asuransi banjir, merencanakan kebutuhan yang diperlukan pada saat pengungsian atau tetap tinggal di rumah, dan diskusikan banjir dengan keluarga serta melakukan pembagian tugas untuk persiapan menghadapi banjir.
Keluarga Ibu Tanti telah memiliki pemahaman mitigasi bencana yang baik dengan membuat asuransi kesehatan untuk setiap anggota keluarga sebagai langkah antisipasi. Bencana yang sering terjadi akibat perubahan iklim global dan kurang pedulinya umat manusia terhadap isu dan permasalahan iklim, memerlukan kesiapan dan pemahaman mitigasi. Sehingga diperlukan sosialisasi mulai dari unit terkecil yaitu keluarga untuk menyebarkan kesadaran mengenai bencana banjir dan juga kerjasama untuk mengatasi masalah tersebut.
Riset oleh Mahasiswa/i : IPB , Jurusan Biologi
[Teguh Bakara] [Fauzia Noorchaliza] [Ifrad Budi Tritama] [Adiva Fitri]
Dosen Pengampu :
Dr. Megawati Simanjuntak, S.P., M.Si.
Dr. Lilik Noor Yuliati, Ir. MFSA