Udara Berpolusi
independent.co.uk

DeveNews.Com-Jakarta. Mengajak anak-anak bermain ke taman terdengar seperti ide menarik, dimana anak-anak dapat bermain sambil menghirup udara segar. Tapi, taman yang berada di daerah perkotaan nyatanya juga ada polusi udara lho. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Health Perspectives menunjukkan bahwa terpapar udara berpolusi dalam waktu lama dapat menyebabkan gangguan psikiatrik pada anak, mulai dari meningkatnya rasa cemas berlebih hingga memicu keinginan untuk bunuh diri.

“Studi ini menunjukkan adanya hubungan antara kegiatan luar ruangan pada anak dengan area tempat tinggal, terutama mereka yang tinggal di kota dan rentan terpapar udara berpolusi dalam waktu lama. Tim kami menemukan fakta bahwa anak-anak yang menjadi partisipan kami mengalami perubahan kondisi emosional yang signifikan setelah tiga hari terpapar udara berpolusi,”jelas Cole Brokamp selaku peneliti asal Cincinnati Children Hospital Medical Center.

Cole juga menyatakan bahwa udara berpolusi dapat menjadi faktor stressor dalam sebuah lingkungan tempat anak tinggal, sehingga resiko gangguan emosional dapat meningkat. Penemuan ini juga telah didukung oleh 2 penelitian sebelumnya terkait dampak udara berpolusi terhadap perkembangan anak. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental Research menunjukkan bahwa anak-anak yang terpapar udara berpolusi dari kendaraan mengalami peningkatan rasa cemas hingga 2x lipat. Dalam kasus ini , peneliti menggunakan neuroimaging untuk mengukur kadar kebersihan udara serta gangguan metabolisme pada otak partisipan.

Partisipan yang terekspos udara yang berpolusi ternyata memiliki level konsentrasi myo-inositol yang tinggi di otak mereka sebagai respon neuroinflamasi terhadap polusi udara. Studi tersebut juga menyatakan bahwa gangguan mental tersebut beresiko akan tetap terbawa saat anak-anak bertumbuh dewasa. “Collectively, these studies contribute to the growing body of evidence that exposure to air pollution during early life and childhood may contribute to depression, anxiety and other mental health problems in adolescence,” tambah Cole.

[Bella Setiawati]