Merasa Kenyang
Sumber : secure.i.telegraph.co.uk

DeveNews.com – Jakarta. Menghabiskan seporsi besar nasi goreng lalu tetap mencari makanan penutup ? Menghabiskan seloyang besar kue padahal hanya berencana untuk memakan sepotong ? Kita seringkali mendapati diri kita makan dengan porsi berlebih dan tidak terkontrol, padahal diri sudah merasa kenyang.

Lalu apa alasan dibalik kebiasaan ini ? Dilansir dari medicaldaily.com, salah satu studi terbaru dari University of Michigan mengungkapkan bahwa hal tersebut terjadi karena adanya gangguan sinyal pada otak, sehingga kita tidak berhenti makan walau sebenarnya perut sudah kenyang.

Studi berjudul “Uneven Balance of Power Between Hypothalamic Peptidergic Neurons in the Control of Feeding” yang diterbitkan dalam journal National Academy of Science pada 17 September silam ini meneliti ada kebiasaan feeding atau makan akibat tidak seimbangnya sel-sel otak yang dikenal sebagai saraf POMC dan AgRP. Kedua sel ini berfungsi layaknya sistem pada mobil, POMC berperan sebagai rem (memberi tahu tubuhmu bahwa kamu sudah kenyang) dan AgRP berperan sebagai akselerator (membuat tubuhmu tetap ingin makan.

Para peneliti pun turut melakukan eksperimen optogenetik pada tikus dengan menstimulasi saraf POMC dengan harapan untuk melihat adanya penurunan nafsu makan. “Kami justru mendapat hasil yang berbeda. Objek penelitian kami justru mengalami peningkatan nafsu makan yang drastis setelah setengah jam di stimulasi,” jelas Huda Akil selaku professor dari UM Department of Psychiatry.

Menurut Huda, stimulasi tersebut secara otomatis mengaktifkan kedua sistem saraf tersebut pada otak. Hal ini menyebabkan otak melepaskan sinyal makan dan berhenti di saat bersamaan. “When both are stimulated at once, AgRP steals the show.” Hal ini juga turut menjelaskan kenapa kita seringkali makan berlebih.

Baca Juga : https://www.devenews.com/lapar-bikin-marah-kenyang-jadi-lemot/

Ketika peneliti melakukan stimulasi pada saraf POMC, terdapat penurunan nafsu makan yang cukup signifikan karena sistem opioid pada otak terhalang, sehingga nafsu makan pun berkurang. “Hal ini menunjukkan bahwa sistem opioid endogen pada otak juga berperan terhadap timbulnya keinginan untuk makan lebih daripada kebutuhan,” jelas Huda.

Walaupun begitu, banyak faktor pula yang bisa dipertimbangkan dan menjadi pemicu dari makan berlebih, mulai dari persepsi, emosional hingga lingkungan sosial. “Ada banyak hal yang bisa membuat seseorang mungkin saja makan berlebih dari apa yang tubuhnya butuhkan, bisa karena sajian visual makanan yang menggugah selera, kemasan makanan tersebut hingga asosiasinya dengan kondisi emosional seseorang. People get hungry just looking at them, and we need to study the neural signals involved in those attentional, perceptional mechanisms that drive us to eat.”[][Bella Setiawati]]

Editor : Syarifah Shofi Muhaya